Apa itu Bahan Bakar Nabati? Pelajari 5 Jenis BBN!

apa itu bahan bakar nabati

Ecobeautify.com – Tahukah kamu apa itu bahan bakar nabati sebenarnya? Mengapa ia dianggap sebagai solusi revolusioner? Blog ini akan mengupas tuntas seluk-beluk bahan bakar nabati, dari definisi, jenis-jenis, hingga potensinya sebagai pilar energi masa depan. Bersama, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai apa itu bahan bakar nabati dan bagaimana inovasi ini dapat menjadi kunci kemandirian energi Indonesia.

Apa itu Bahan Bakar Nabati?

Oke, kita mulai dari yang paling dasar dulu nih. Simpelnya, bahan bakar nabati adalah bahan bakar yang sumbernya bukan dari minyak bumi yang ditambang dari perut bumi, tapi dari tumbuh-tumbuhan atau bahan organik lainnya. Keren, kan? Jadi, kita nggak melulu bergantung sama sumber energi yang bakal habis suatu saat nanti. Bahan bakar nabati (BNN) sering juga disebut dengan nama biofuel.

Kalau lihat aturan resminya (Permen ESDM 25 Tahun 2003), bahan bakar nabati ini masuk kategori Bahan Bakar Lain. Intinya sih, ini adalah cara cerdas untuk mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil yang nggak bisa diperbarui dan seringkali bikin polusi.

Apa Saja Sumber Bahan Bakar Nabati?

Ada beberapa tanaman yang berpotensi menghasilkan bahan bakar nabati. Namun, tidak hanya tanaman, berikut beberapa sumber yang paling populer, terutama di Indonesia:

  • Kelapa Sawit: Ini nih yang paling sering kita denger, apalagi di Indonesia. Minyak sawit mentah (CPO) itu bisa diolah jadi biodiesel.
  • Jarak Pagar: Tanaman ini bijinya mengandung minyak yang bisa diolah jadi biofuel.
  • Kelapa: Minyak kelapa juga bisa jadi bahan baku biodiesel, lho.
  • Kedelai: Selain jadi tempe tahu, minyak kedelai bisa juga dibuat jadi biodiesel.
  • Bunga Matahari: Bijinya yang cantik itu menghasilkan minyak yang bisa jadi biofuel.
  • Sampah Organik & Limbah: Jangan salah, limbah pertanian (kayak sisa panen), minyak goreng bekas (minyak jelantah), sampai lemak hewan juga bisa diubah jadi bahan bakar nabati yang berguna!

Seberapa Besar Manfaat Menggunakan Bahan Bakar Nabati

Bahan bakar nabati ini punya banyak kelebihan yang bikin banyak negara, termasuk Indonesia, meliriknya sebagai energi masa depan. Apa aja sih untungnya? Seberapa Besar Manfaat Menggunakan Bahan Bakar Nabati

  1. Lebih Gampang Terurai Kalau Tumpah (Biodegradable): Kalau (amit-amit) ada tumpahan, bahan bakar nabati cenderung lebih mudah diurai oleh alam dibanding minyak bumi, jadi risiko pencemaran lingkungannya lebih kecil.
  2. Sumbernya Nggak Habis-Habis (Terbarukan): Beda sama minyak bumi atau batu bara yang butuh jutaan tahun terbentuk dan bakal habis, bahan bakar nabati asalnya dari tanaman yang bisa ditanam lagi dan limbah organik yang selalu ada. Jadi, lebih aman buat jangka panjang!
  3. Lebih Ramah Lingkungan (Emisi Lebih Rendah): Proses pembuatan dan penggunaan bahan bakar nabati umumnya menghasilkan polusi (gas rumah kaca) lebih sedikit dibanding bahan bakar fosil. Kenapa? Karena tanaman bahan bakunya menyerap karbon dioksida pas tumbuh. Jadi, bisa bantu lawan perubahan iklim!
  4. Bikin Negara Lebih Mandiri Energi: Dengan bikin bahan bakar nabati sendiri dari sumber daya lokal (kayak sawit di Indonesia), kita bisa mengurangi impor BBM dari negara lain. Ini bagus banget buat ketahanan energi nasional.
  5. Buka Lapangan Kerja & Dorong Ekonomi Lokal: Pengembangan industri bahan bakar nabati, dari nanam bahan baku sampai mengolahnya, bisa menciptakan banyak lapangan kerja baru, terutama di daerah pedesaan.

Singkatnya, bahan bakar nabati itu menawarkan energi yang lebih bersih, berkelanjutan, dan bisa bikin Indonesia makin mandiri!

Klasifikasi Bahan Bakar Nabati

Klasifikasi Bahan Bakar Nabati

Ngomongin bahan bakar nabati, ternyata ada tingkatannya atau generasinya:

  1. Generasi Pertama: Ini yang paling umum, dibuat dari tanaman pangan yang biasa kita makan juga, kayak kelapa sawit, jagung, tebu, kedelai.
  2. Generasi Kedua: Lebih canggih dikit, dibuat dari bagian tanaman yang nggak dimakan atau limbah pertanian, contohnya batang jagung, sekam padi, atau sisa kayu. Tujuannya biar nggak bersaing sama kebutuhan pangan.
  3. Generasi Ketiga: Ini yang paling futuristik! Dibuat dari mikroorganisme kayak alga (ganggang) atau rumput laut. Potensinya besar banget karena nggak butuh lahan pertanian luas.

Jenis-jenis Bahan Bakar Nabati

Jenis-jenis Bahan Bakar Nabati

Pertanyaan selanjutnya adalah, apa saja sebenarnya jenis-jenis bahan bakar nabati yang tersedia?  Dari generasi pertama hingga yang tercanggih, ragamnya mungkin akan membuat kamu terkejut.  Mulai dari biodiesel yang sudah familiar, hingga bioetanol yang menjanjikan, setiap jenis bahan bakar nabati memiliki keunikan dan potensinya masing-masing.

Berikut adalah beberapa contoh bahan bakar nabati:

1. Bioethanol

Bioethanol adalah alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi, sebagian besar berasal dari tumbuhan atau tanaman yang mengandung gula atau pati seperti buah-buahan, gandum, jagung, tebu, sorgum manis, singkong, ubi jalar, hingga limbah sayuran dan material lignoselulosa seperti limbah pertanian dan kayu.

Bioethanol merupakan bahan bakar cair yang digunakan sebagai pengganti bensin. Amerika Serikat dan Brazil merupakan negara yang telah memanfaatkan bioethanol yang sudah dicampurkan dengan bensin sebagai bahan bakar untuk kendaraan. Bioethanol adalah biofuel terbarukan yang juga mengandung oksigen (35% oksigen), sehingga memberikan potensi untuk mengurangi emisi mobil.

2. Biooil

Biooil adalah bahan bakar yang terbuat dari bahan nabati khususnya dari bahan berlignoselulosa, seperti serbuk gergaji, sekam padi, jerami, hingga limbah kehutanan. Biooil merupakan bahan bakar cair yang digunakan sebagai pengganti minyak tanah.

3. Bioavtur

Bioavtur adalah bahan bakar pengganti untuk pesawat yang terbuat dari minyak nabati. Bioavtur dapat membantu menurunkan emisi karbon global. Di Indonesia, bahan baku yang cenderung digunakan adalah kelapa sawit.

4. Biogas

Biogas adalah bahan bakar yang terbuat dari hasil fermentasi bahan organik dengan bantuan bakteri. Bahan organik tersebut seperti kotoran (hewan atau manusia) atau sisa makanan. Ketika difermentasi, kotoran atau sisa makanan tersebut akan menghasilkan gas. Nah, gas itulah yang disebut dengan biogas.

Biogas merupakan bahan bakar cair yang digunakan sebagai pengganti batu bara. Biogas biasanya dimanfaatkan untuk menghidupkan kompor ataupun listrik. Biogas menghasilkan energi yang lebih besar dan karbon dioksida yang dihasilkan juga lebih sedikit. Biogas jauh lebih bersih daripada batu bara. Ampas biogas atau Bio-slurry memiliki banyak nutrisi sehingga dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Bio-slurry bisa mengikat nutrisi tanah sekaligus menggemburkan tanah yang keras.

5. Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat dari minyak nabati dan lemak hewan. Contoh dari minyak nabati tersebut yaitu minyak kelapa, minyak kedelai, minyak kelapa sawit, minyak buah jarak, minyak bunga matahari, hingga minyak jelantah.

Biodiesel merupakan bahan bakar cair yang digunakan sebagai pengganti solar. Jepang dan Hawaii merupakan negara yang telah memanfaatkan biodiesel yang berasal dari minyak jelantah. Kalau di Indonesia sih kebanyakan dibuat dari bahan minyak sawit mentah. Kebutuhan yang lebih besar daripada ketersediaan menyebabkan terjadinya perluasan lahan sehingga hutan di Indonesia berkurang secara signifikan. Sedih ya, jika melihat keadaan hutan kita.

Dari semua jenis itu, biodiesel memang yang paling jadi fokus pemerintah Indonesia saat ini. Yuk, kita bahas lebih dalam soal si biodiesel ini.

Sejarah Singkat Biodiesel di Indonesia

Biodiesel, atau sering disebut Biosolar, sebenarnya bukan barang baru banget. Penelitiannya udah dimulai sejak tahun 1990-an oleh berbagai lembaga kayak ITB, BPPT, dan pusat penelitian sawit, didorong oleh isu krisis energi di tahun 70-an.

Titik pentingnya ada di tahun 2005. Waktu itu harga minyak dunia meroket gila-gilaan! Pemerintah (era Presiden SBY) mulai serius banget cari alternatif, dan bahan bakar nabati jenis biodiesel ini jadi salah satu solusi andalan buat hemat devisa dan bikin Indonesia mandiri energi. Lahirlah berbagai aturan dan kebijakan yang mendukung pengembangannya.

Pertamina pun mulai serius menggunakan biodiesel di tahun 2006 setelah lewat berbagai uji coba. Sejak itu, campuran biodiesel di solar terus ditingkatkan, dari B20, B30, dan rencana ke B40 atau bahkan lebih tinggi!

Biodiesel: Keamanan Energi atau Komitmen Iklim?

Dulu, Indonesia dikenal sebagai negara yang memproduksi minyak bumi dengan jumlah yang sangat banyak. Namun, ada penurunan produksi minyak bumi yang menyebabkan Indonesia menjadi negara net importer. Dimana artinya, Indonesia telah mengimpor melebihi batas yang Indonesia bisa ekspor.

Karena Indonesia menjadi negara net importer, maka ada kekhawatiran kalau naik turunnya harga minyak bumi nasional akan berpengaruh terhadap kestabilan harga di dalam negeri. Oleh karena itu, Menteri SDM dan pemerintah mencanangkan kebijakan BBN sebagai strategi mengamankan energi nasional ketika harga minyak dunia naik.

Pada tahun 2016, kebijakan BBN muncul dalam dokumen NDC pertama Indonesia. Dokumen NDC merupakan dokumen komitmen iklim yang dideklarasikan oleh negara untuk ikut serta dalam penurunan emisi global. Nah, kedudukan BBN dianggap menjadi salah satu strategi untuk menurunkan emisi global di Indonesia.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Biodiesel (Bahan Bakar Nabati) di Indonesia dikembangkan guna menjaga keamanan energi sekaligus sebagai komitmen iklim. Dengan kata lain, terdapat potensi Bahan Bakar Nabati dalam mendukung ketahanan energi.

Tunggu Dulu, Apakah Biodiesel Sawit Beneran Ramah Lingkungan?

Nah, ini pertanyaan penting! Di satu sisi, pakai bahan bakar nabati bisa kurangi emisi pas kendaraannya jalan. Tapi, kita juga harus lihat proses produksinya, terutama bahan bakunya.

Di Indonesia, bahan baku utama biodiesel kan kelapa sawit. Ada kekhawatiran, terutama dari luar negeri (kayak Uni Eropa), bahwa perluasan kebun sawit besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan biodiesel bisa menyebabkan penggundulan hutan (deforestasi) dan kerusakan lahan gambut. Kalau ini terjadi, emisi karbon yang dilepas dari pembukaan lahan bisa jadi lebih besar daripada pengurangan emisi saat biodiselnya dipakai. Waduh!

Jadi, biar bahan bakar nabati (khususnya biodiesel sawit) ini beneran sejalan sama komitmen lingkungan, ada beberapa syarat penting menurut para ahli:

  1. Bahan Baku Lebih Beragam (Diversifikasi): Jangan cuma ngandelin sawit. Ayo kembangkan juga bahan bakar nabati dari sumber lain kayak minyak jelantah, alga, atau limbah pertanian.
  2. Jelas Asal-Usulnya (Ketelusuran): Pastikan bahan baku (misalnya sawit) berasal dari kebun yang legal, nggak merusak hutan, dan dikelola secara berkelanjutan.
  3. Produksi Lebih Efisien (Peningkatan Produktivitas): Tingkatkan hasil panen dari lahan yang sudah ada, jadi nggak perlu terus-terusan buka hutan baru.

Petani Kecil dan Minyak Jelantah: Potensi Tersembunyi

Ngomongin sawit, sebagian besar (sekitar 40%) kebun sawit di Indonesia itu punya petani kecil (petani swadaya). Sayangnya, mereka seringkali belum dapat untung maksimal dari program biodiesel ini. Padahal, kalau petani kecil bisa dilibatkan langsung dalam rantai pasok biodiesel dan dibantu meningkatkan hasil panennya secara berkelanjutan, ini bisa jadi cara bagus untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sekaligus mengurangi tekanan untuk buka lahan baru.

Selain itu, potensi minyak jelantah di Indonesia gede banget! Bayangin, dari sekitar 3 juta kilo liter (KL) minyak jelantah yang dihasilkan tiap tahun, yang beneran dimanfaatkan untuk biodiesel atau lainnya itu cuma sebagian kecil (kurang dari 570 ribu KL). Sisanya? Seringkali dibuang sembarangan atau malah didaur ulang jadi minyak goreng lagi (yang nggak sehat!). Padahal, kalau dikumpulkan dan diolah, bisa jadi sumber bahan bakar nabati yang oke banget tanpa perlu buka lahan baru.

Penutup

Nah, itu dia penjelasan lengkap tentang apa itu bahan bakar nabati. Semoga sekarang kamu jadi lebih paham ya, apa itu bahan bakar nabati, jenis-jenisnya apa aja, manfaatnya, sampai tantangannya.

Bahan bakar nabati punya potensi besar sebagai solusi energi masa depan Indonesia yang lebih bersih dan mandiri. Tapi, penting banget untuk memastikan pengembangannya dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, biar nggak malah menimbulkan masalah lingkungan baru.

Mari kita dukung terus inovasi dan pengembangan bahan bakar nabati yang benar-benar ramah lingkungan dan bisa menyejahterakan banyak orang!

Reference:

  • Materi Blogger Gathering “Mengenal Lebih Jauh Tentang Biofuel”
  • Biodiesel, Jejak Panjang Sebuah Perjuangan https://ebtke.esdm.go.id/post/2021/05/03/2857/biodiesel.jejak.panjang.sebuah.perjuangan
  • https://www.kamelawar.com/2021/10/biofuel-adalah.html
Avatar Dina Andriany

Artikel menarik Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *