Upcycling: Ecoprint Totebag & Mengenal Tenun Ikat Dayak Iban

ecoprint totebag

Ecobeautify.com – Pengen bikin ecoprint totebag sendiri? Pas banget! Aku bakal bagiin tutorial step by step dari B sampai Z! Eh, tapi sebelum kita mulai nge-crafting, aku mau cerita pengalaman seru aku ikutan online gathering beberapa hari yang lalu, nih!

Spoiler alert: ternyata bikin ecoprint itu seru banget, walaupun awalnya aku juga agak blank, hehe…

Pada hari Jumat, tepatnya tanggal 28 Februari 2025, aku ikutan Eco Blogger Squad Online Gathering yang temanya kece abis: “Fashion Reimagined: Upcycling Waste into Wearable Art”. Disana tuh, mata dan pikiran langsung kebuka lebar!

Bayangin aja, dengerin langsung cerita seru dari kak Magareta Mala, ketua Komunitas Tenun Endo Segadok, tentang budaya nenun Dayak Iban. Plus, dapet ilmu yang sangat berguna dari kak Novieta Tourisia tentang ecoprint totebag, founder Cinta Bumi Artisans, yang jago banget ngubah limbah fashion jadi karya seni dengan teknik ecoprint.

ebs online gathering

Nah, berbekal ilmu yang barusan aku serap, sekarang giliran aku yang sharing ke kalian semua. Tenang, gratis tis tis! Tapi, biar makin mantap, kita bedah dikit teorinya dulu ya? Mulai dari pengertian upcycling, kenalan sama budaya nenun Dayak Iban, baru lanjut ke ecoprint.

Pengertian Upcycling

Apa itu upcycling? Upcycling limbah adalah proses kreatif yang mengubah barang bekas atau limbah menjadi produk baru yang lebih bernilai dan menarik. Metode ini tidak hanya membantu mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir, tetapi juga mendorong inovasi dalam menciptakan sesuatu yang unik dan fungsional.

Dengan memanfaatkan upcycling, kita dapat memperpanjang umur barang yang sebelumnya dianggap tidak bernilai, sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Budaya Nenun Suku Dayak Iban

kain tenun ikat dayak iban

Salah satu tradisi nenek moyang suku Dayak Iban adalah menenun. Tradisi nenun, secara inheren sudah dekat dengan konsep keberlanjutan dan penggunaan sumber daya lokal. Bahan baku seperti serat kapas, serat alami dari tumbuhan hutan, dan pewarna alami dari tumbuhan sekitar adalah contoh nyata dari pemanfaatan sumber daya yang ada di alam sekitar secara bertanggung jawab. Ini adalah bentuk “upcycling” bahan-bahan alami menjadi produk bernilai tinggi sejak zaman dahulu.

Proses pembuatan kain tenun tradisional juga seringkali menerapkan prinsip minim limbah. Sisa-sisa bahan alami, seperti potongan benang atau sisa pewarna alami, dapat kembali ke alam dan terurai secara alami (biodegradable). Filosofi ini selaras dengan semangat upcycling waste yang berusaha mengurangi timbunan sampah.

Kain tenun ikat Dayak Iban bukan sekadar dekorasi visual, melainkan narrasi visual yang kompleks, merangkum kosmogoni, tradisi, dan identitas masyarakat Dayak Iban. Motif-motif yang terukir pada kain, baik geometris maupun figuratif, bukanlah sekadar ornamen tanpa makna. Mereka adalah simbol yang berkisah tentang dunia spiritual, alam semesta, kehidupan sosial, dan nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat Dayak Iban.

Dari motif flora dan fauna yang merefleksikan harmoni dengan alam, hingga motif abstrak yang merepresentasikan konsep-konsep spiritual yang metafisik, setiap motif adalah untaian pesan yang perlu di dekripsi untuk memahami kekayaan budaya Dayak Iban.

Oke, by the way, kenapa sih aku bahas nenun juga di sini? Nah, ini tuh sebenernya buat nambahin info aja ya, biar lebih lengkap gitu, soalnya emang relate banget sama upcycling tadi. Plus, biar kita juga makin aware nih, sebagai orang Indonesia, kita tuh nggak cuma punya batik aja yang mendunia, tapi juga punya tradisi nenun yang nggak kalah keren!

All About Ecoprinting

Ecoprint termasuk salah satu teknik yang bisa digunakan saat ingin upcycling sebuah benda.

Ecoprint itu Apa Sih?

Secara sederhana, ecoprint adalah teknik mewarnai kain dengan pigmen alami dari tanaman, di mana motif atau pola yang dihasilkan merupakan “jejak” langsung dari bentuk dan warna daun, bunga, atau bagian tanaman lainnya.

Beberapa bahan alami yang biasa digunakan meliputi daun jati, daun mangga, daun eukaliptus, serta bunga seperti mawar dan krisan. Keindahan warna dan motif yang dihasilkan tergantung pada jenis tanaman, kandungan pigmen, serta reaksi kimia alami yang terjadi selama proses pencetakan.

Proses ecoprint juga memanfaatkan bahan pengikat alami, seperti tawas atau cuka, untuk membantu warna lebih melekat pada kain. Dengan pendekatan ramah lingkungan ini, eco-printing menjadi pilihan yang berkelanjutan dalam dunia tekstil, menghadirkan keindahan yang unik sekaligus mendukung pelestarian lingkungan.

Manfaat Ecoprint

Manfaat ecoprint itu luar biasa banyak dan beragam, mencakup aspek lingkungan, ekonomi, sosial budaya, hingga kesehatan dan kesejahteraan. Ecoprint bukan hanya sekadar teknik mewarnai kain, tetapi juga gerakan gaya hidup yang lebih berkelanjutan, kreatif, dan bermakna. Dengan memilih ecoprint, kita tidak hanya menciptakan produk tekstil yang indah dan unik, tetapi juga berkontribusi positif bagi planet dan masyarakat.

Macam-Macam Teknik Ecoprint

1. Teknik Pounding (Teknik Pukul/Gepuk)

Dalam ranah seni ecoprint teknik pounding, terdapat metode transformasi tekstil yang fundamentalnya bersandar pada prinsip direct contact antara materia botani dan substrat kain. Teknik ini, lebih dikenal sebagai teknik ecoprint pounding atau metode pukul/gepuk, memanifestasikan dirinya sebagai ekspresi paling autentik dari interaksi harmonis antara alam dan kreativitas insani.

Langkah-langkah membuat Ecoprint teknik pounding memerlukan presisi dan sensitivitas taktil. Materia botani digenjot secara terarah menggunakan instrumen tumpul — palu kayu, alu batu — dengan intensitas yang dikontrol. Aksi mekanis ini bertujuan untuk merupturasi sel-sel tanaman, membebaskan pigmen kromoforik yang terperangkap di dalamnya, serta menancapkan ekspresi morfologis daun atau bunga ke dalam struktur serat tekstil.

2. Teknik Steaming/Boiling (Teknik Kukus/Rebus)

Metode steaming dan boiling — atau lebih akrab dikenal sebagai teknik kukus dan rebus — merepresentasikan pendekatan yang unik dalam memanipulasi pigmen vegetal. Alih-alih mengandalkan hentakan mekanis seperti pada pounding, teknik ini memanfaatkan energi termal sebagai agen transfer warna utama.

Cara membuat Ecoprint teknik kukus melibatkan inkubasi gulungan kain di dalam medium uap panas atau air mendidih. Teknik ecoprint steaming cenderung menghasilkan gradasi warna yang lebih halus dan motif yang tersebar merata, dengan nuansa estetis yang diffuse dan seringkali lebih lembut dibandingkan dengan pounding.

3. Teknik Fermentasi

Teknik ecoprint fermentasi, atau fermentation ecoprinting, adalah metode yang memanfaatkan proses fermentasi alami dari bahan tanaman untuk menghasilkan warna dan motif yang istimewa pada kain. Dibandingkan dengan teknik pemanasan biasa seperti kukus atau rebus, fermentasi membuka pintu ke palet warna yang lebih kaya, seringkali menghasilkan nuansa yang vintage, muted, dan earthy yang sulit dicapai dengan cara lain.

Perbedaan utama terletak pada proses ekstraksi pigmen. Jika teknik lain mengandalkan panas untuk melepaskan pigmen dari tanaman, teknik fermentasi menggunakan aktivitas mikroorganisme untuk memecah senyawa kompleks dalam tanaman, termasuk pigmen.

Tutorial Ecoprint Totebag dengan Teknik Kukus

Sekedar informasi, tutorial ini aku buat berdasarkan pengalaman pertamaku ya! Kalo ada yang kurang, bisa kalian perbaiki dan modifikasi.

Membuat ecoprint totebag adalah langkah kreatif yang ramah lingkungan dan menyenangkan. Sebelum masuk ke tutorial, siapkan totebag polos dari kain serat alami (katun, linen). Mordant kain terlebih dahulu (rendam dalam larutan tawas, lalu keringkan – lihat tutorial lengkap mordanting sebelumnya jika belum paham).

Untuk tutorial mordant kain, kalian bisa nonton video youtube di bawah ini. Maaf tidak bisa ngasi tutorial langsung karena bahan dan alat yang aku gunakan sudah disediakan dan posisi totebag sudah dimordant ya!

Bahan-bahan dan Alat

  • Totebag yang sudah dimordant
  • Daun dan Bunga yang bisa mewarnai
  • Stik kayu
  • Tali goni
  • Air cuka

Langkah-Langkah Membuat Ecoprint Totebag

Tutorial DIY Ecoprint Totebag
  1. Tata daun dan bunga di atas totebag sesuai desain yang diinginkan (Kalo aku, totebagnya dibagi 2 seperti gambar diatas ya!)
  2. Gulung totebag dengan rapat (seperti lontong) bersama tanaman di dalamnya. Ikat kuat dengan tali goni.
  3. Siapkan dandang kukusan, didihkan air. Kukus bundelan totebag selama 1-2 jam
  4. Setelah dikukus, biarkan dingin sepenuhnya, lalu buka gulungan dan keluarkan tanaman.
  5. Keringkan tas dan biarkan selama 5-7 hari sebelum dicuci dan dibilas.
  6. Setelah itu, rendam tas ke dalam air hangat + cuka 2 sdm (agar mempertajam warna).
  7. Cuci lembut totebag dengan air dingin. Bilas bersih.
  8. Jemur totebag di tempat yang teduh dan berangin, hindari sinar matahari langsung yang terik agar warna ecoprint tidak cepat pudar.

Akhir Kata

Dari limbah jadi wearable art, dari DIY ecoprint totebag sampai keindahan tenun Dayak Iban, ternyata banyak banget hal keren yang bisa kita eksplorasi! Semoga tutorial ecoprint totebag ini nggak cuma bikin kalian punya tas baru, tapi juga makin cinta sama alam dan budaya Indonesia. Yuk, lestarikan tradisi, kurangi limbah, dan terus berkreasi!

Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman ya! Sampai jumpa di artikel menarik berikutnya, terima kasih!

#EcoBloggerSquad

Avatar Dina Andriany

Artikel menarik Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *