4 Peran Penting Lahan Gambut saat Musim Kemarau dan Hujan

peran penting lahan gambut

Kamu tahu nggak, ada jutaan orang di seluruh dunia menggantungkan hidup mereka pada lahan gambut? Ekosistem unik ini, yang kaya akan karbon dan air, menyediakan sumber makanan, air bersih, dan mata pencaharian bagi banyak masyarakat.

Lahan gambut juga sangat penting untuk mencegah pencampuran air asin untuk irigasi di area pertanian, banjir, dan kekeringan. Dan yang lebih menarik lagi, lahan gambut juga menjadi rumah bagi banyak hewan langka seperti orangutan dan harimau Sumatera.

Lahan gambut merupakan salah satu aset alam yang sangat berharga bagi kehidupan manusia dan keberlanjutan planet ini. Meskipun hanya sedikit, lahan gambut memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

Namun, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan telah mengancam kelestarian lahan gambut. Deforestasi, pengeringan, dan pembakaran lahan gambut untuk perkebunan dan pertanian telah menyebabkan emisi gas rumah kaca yang signifikan, kerusakan keanekaragaman hayati, dan degradasi lingkungan.

Table of Contents

Apa itu Lahan Gambut?

Lahan gambut adalah jenis tanah organik yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang terurai dan terendam air selama berabad-abad. Proses pembentukannya membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan ada lahan gambut yang memerlukan lebih dari 10.000 tahun untuk terbentuk. Gambut ditemukan di berbagai iklim di seluruh dunia, mulai dari daerah permafrost di kutub hingga hutan hujan tropis.

Ciri-ciri Lahan Gambut

Lahan gambut memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dengan jenis tanah lainnya. Berikut ciri-ciri lahan gambut dalam poin-poin singkat:

  • Terbentuk dari bahan organik: Berasal dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang membusuk secara tidak sempurna karena kondisi anaerob (minim oksigen).
  • Tekstur lunak dan lembek: Kandungan air yang tinggi membuat teksturnya seperti spons, mudah ditekan dan basah.
  • Berwarna gelap/hitam: Warna ini berasal dari bahan organik yang telah membusuk.
  • Kadar air tinggi: Lahan gambut umumnya tergenang air atau sangat lembap.
  • Bersifat asam (pH rendah): pH biasanya berkisar antara 3,5 sampai 5,5.
  • Minim unsur hara: Kurang subur secara alami untuk pertanian konvensional karena kandungan unsur hara yang rendah.
  • Ditemukan di daerah rawa dan payau: Lingkungan yang selalu basah dan tergenang air merupakan tempat pembentukan gambut.
  • Ketebalan lapisan organik lebih dari 40 cm: Ini adalah salah satu kriteria utama untuk mengklasifikasikan suatu lahan sebagai lahan gambut.

Selain poin-poin di atas, penting juga untuk diingat bahwa tingkat kematangan gambut berbeda-beda, yang memengaruhi sifat fisiknya. Ada gambut yang masih berupa serabut tumbuhan (fibrik), setengah matang (hemik), dan yang sudah sangat lapuk (saprik).

Lahan gambut di Indonesia

Indonesia memiliki lahan gambut yang sangat luas, bahkan merupakan salah satu yang terluas di dunia. Lahan gambut di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, terutama di tiga pulau besar: Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

Di mana saja lahan gambut di Indonesia?

Secara umum, lahan gambut di Indonesia terkonsentrasi di:

  1. Sumatera: Terutama di wilayah pesisir timur, seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan.
  2. Kalimantan: Terutama di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.
  3. Papua: Terutama di wilayah selatan Papua.

Selain tiga pulau besar tersebut, lahan gambut juga dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih kecil di beberapa wilayah lain di Indonesia.

Keberagaman Hayati di Lahan Gambut

Lahan gambut memiliki peran penting dalam menjaga keberagaman hayati. Di dalam lahan gambut, terdapat berbagai macam flora dan fauna yang hidup dan berkembang. Beberapa jenis flora yang tumbuh di lahan gambut sangat berguna bagi masyarakat sekitar dan perlu untuk dibudidayakan. Selain itu, lahan gambut juga menjadi rumah bagi beberapa spesies fauna yang langka dan terancam punah, seperti orangutan dan harimau Sumatera.

Peran Penting Lahan Gambut Bagi Masyarakat

Lahan gambut memiliki peran penting dalam menjaga kesejahteraan dan penghidupan masyarakat sekitar. Berikut adalah beberapa peran penting lahan gambut:

1. Mengurangi Dampak Kemarau dan Banjir

Kamu tahu nggak kalau gambut itu bisa jadi tandon air? Daya serapnya yang tinggi membuat gambut bisa menampung air sebesar 450-850 persen dari bobot keringnya. Wah, luar biasa ya! Selain itu, gambut yang sudah terdekomposisi juga bisa menahan air 2 hingga 6 kali lipat berat keringnya.

Gambut mampu menyerap air saat curah hujan sangat tinggi dimusim hujan. Gambut juga mampu menyalurkan air ke pohon-pohon disekitarnya saat musim kemarau. Keren banget kan gambut ini?

2. Habitat untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Beragam jenis flora dan fauna dapat tumbuh dan hidup di lahan gambut. Beberapa jenis flora memiliki manfaat yang signifikan bagi masyarakat, sehingga perlu dilakukan kegiatan budidaya. Di sisi lain, fauna yang menempati lahan gambut memainkan peran penting dalam menjaga kelangsungan hidup ekosistem gambut yang lain.

3. Sumber Pangan dan Pendapatan

Tanaman dan hewan yang hidup di lahan gambut dapat menjadi sumber pangan dan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat di sekitar gambut sangat bergantung pada lahan gambut untuk menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, seperti budi daya ikan dan pertanian tanaman pangan.

Wilayah gambut juga menjadi tempat pengembangan beberapa spesies ikan air tawar bernilai ekonomi tinggi, seperti gabus, toman, jelawat, tapah, patin siam, lele dumbo, dan nila.

Tidak hanya itu, lahan gambut juga dapat digunakan untuk menanam beberapa jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi tanpa perlu mengeringkan lahan gambut dengan drainase. Tanaman paludikultur seperti purun (Eleocharis dulcis), kangkung atau bayam air (Ipomoea aquatica), gaharu (Aquilaria beccariana), sagu (Metroxylon sagu), dan kayu putih (Melaleuca cajuputi) dapat tumbuh dengan baik di lahan gambut.

Dengan demikian, masyarakat di sekitar gambut dapat memanfaatkan lahan gambut secara optimal dan berkelanjutan, sehingga masyarakat dapat memperoleh pendapatan yang berkelanjutan dan menjaga keberlanjutan ekosistem gambut.

4. Mitigasi Perubahan Iklim

Lahan gambut memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim. Lahan gambut menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Meskipun hanya sekitar 3-5% dari permukaan bumi, lahan gambut menyimpan lebih dari 30% cadangan karbon dunia yang tersimpan di tanah.

Lahan gambut merupakan penyimpan karbon terbesar di dunia, menyimpan dua kali lebih banyak karbon dibandingkan hutan global dan empat kali lipat dari atmosfer.

Lahan gambut diperkirakan mampu menyimpan karbon 4 kali lebih banyak daripada yang ada di atmosfer dan 2 kali lebih banyak daripada karbon yang disimpan seluruh hutan yang ada di bumi. Lahan gambut di wilayah tropis bahkan menyimpan karbon yang paling banyak.

Ketika lahan gambut terganggu, misalnya karena terbakar atau dikeringkan, karbon yang tersimpan di dalamnya dilepaskan ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, menjaga kelestarian lahan gambut sangat penting dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim.

Ancaman terhadap Lahan Gambut

Sayangnya, lahan gambut saat ini semakin terancam akibat kegiatan manusia yang tidak berkelanjutan. Berdasarkan data The Global Peatland CO2 Picture (2008) bahwa luas lahan gambut di dunia sebesar 3.813.553 km² atau 381.4 juta hektar.

Hampir 82% lahan gambut di dunia digunakan untuk pertanian, terutama untuk produksi minyak sawit dan serat kayu. Pembukaan lahan gambut secara besar-besaran untuk pertanian menyebabkan hilangnya habitat alami dan berkurangnya luas lahan gambut. Akibatnya, keanekaragaman hayati di lahan gambut semakin terancam.

Selain itu, kebakaran lahan gambut juga menjadi ancaman serius. Di beberapa wilayah, lahan gambut dibakar untuk membuka lahan pertanian. Proses pembakaran ini memiliki risiko yang tinggi, karena gambut yang mengering sangat mudah terbakar dan sulit dipadamkan.

Kenapa lahan gambut mudah terbakar? Karena lahan gambut ini mengandung pasokan oksigen yang melimpah serta material organik dan hal inilah yang menyebabkan lahan gambut rawan terbakar.

  1. Ketika lahan gambut kering, api kecil atau bahkan putung rokok bisa memicu kebakaran.
  2. Api bisa menyebar hingga lapisan gambut dalam yang kedalamannya bisa 4 meter.
  3. Walaupun api di permukaan sudah padam, bukan berarti api di lapisan dalam juga padam.
  4. Api bisa bertahan berbulan-bulan bahkan menjalar ke tempat lain.

Dampak Kebakaran Lahan Gambut

Kebakaran lahan gambut menghasilkan emisi gas rumah kaca yang besar dan berdampak negatif pada kesehatan manusia serta kualitas air di sekitarnya.

1. Mengeluarkan Gas Rumah Kaca yang Sangat Besar

Lahan gambut menyimpan banyak karbon. Jika terbakar, karbon ini akan lepas ke udara sebagai gas CO2 dalam jumlah besar. Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya, lahan gambut mampu menyerap gas rumah kaca yang sangat besar.

Lahan gambut bagi Indonesia memiliki nilai yang sangat penting karena mampu menyimpan karbon 20 kali lipat lebih banyak dibandingkan hutan hujan tropis biasa atau tanah yang bermineral. Jika lahan ini terbakar, ya gas yang tersimpan lepas lagi ke langit.

Karbondioksida merupakan salah satu gas rumah kaca yang berdampak pada pemanasan global. Menurut studi ADB, kebakaran gambut yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah melepaskan emisi karbon dioksida sebesar 156,3 juta ton, yang menyumbang 75% dari total emisi karbon pada periode tersebut. Selain itu, peristiwa ini juga menghasilkan 5 juta ton partikel debu yang mencemari udara.

Praktik mengeringkan 1 hektar lahan gambut di wilayah tropis akan mengeluarkan rata-rata 55 metrik ton CO₂ setiap tahun, dimana setara dengan membakar lebih dari 6000 galon bensin.

2. Mengganggu Kesehatan Masyarakat

Kebakaran hutan telah menimbulkan dampak kesehatan yang serius bagi ribuan penduduk, di antaranya infeksi saluran pernapasan, gangguan pada mata, dan batuk yang terus-menerus. Pencemaran air akibat kebakaran gambut semakin memperparah situasi, membuat akses terhadap air bersih menjadi terbatas.

Mengatasi Ancaman terhadap Lahan Gambut

Untuk menjaga keberlanjutan lahan gambut, diperlukan langkah-langkah yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:

  1. Pengelolaan Lahan Gambut yang Berkelanjutan: Menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di lahan gambut, serta menghindari pembukaan lahan gambut baru untuk pertanian.

  2. Pencegahan Kebakaran Lahan Gambut: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang rentannya lahan gambut terhadap percikan api dan bahaya yang terjadi jika terlanjur terbakar, dimana salah satunya, yaitu sulit padam.

  3. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlanjutan lahan gambut dan mengurangi penggunaan lahan gambut untuk kegiatan yang merusak.

  4. Kerjasama antara Pemerintah dan Pihak Swasta: Mendorong kerjasama antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan lahan gambut, termasuk dalam pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan pengendalian kebakaran.

Dengan menjaga keberlanjutan lahan gambut, kita dapat menjaga keseimbangan ekosistem, melindungi keanekaragaman hayati, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan memastikan ketersediaan sumber air bersih bagi masyarakat. Mari kita bersama-sama menjaga dan menghormati keberadaan lahan gambut, sebagai warisan berharga bagi generasi masa depan.

Lahan gambut adalah aset berharga bagi kita semua. Mari jaga dan lestarikan lahan gambut untuk keberlanjutan planet ini.

Selain lahan gambut, jangan lupa juga untuk selalu menjaga hutan Indonesia melalui Team Up For Impact karena disana kamu bisa mendapatkan 1 bibit pohon gratis yang akan ditanamkan atas nama kamu dengan gratis.

Kenapa lahan gambut mudah terbakar?
Lahan gambut mudah terbakar karena beberapa faktor yang saling berkaitan. Intinya, kombinasi bahan mudah terbakar, seperti kondisi kering, kaya karbon, oksigen mudah masuk, dan kemampuan api merambat di bawah tanah membuat gambut sangat rentan kebakaran.
Bagaimana lahan gambut terbentuk?
Lahan gambut terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang membusuk tidak sempurna karena kondisi lingkungan yang basah dan minim oksigen (anaerob). Proses pembusukan yang lambat ini menyebabkan sisa tumbuhan menumpuk dan membentuk lapisan organik yang disebut gambut. Penumpukan ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama, bisa mencapai ribuan tahun. Sehingga jadilah lahan gambut.
Tanah gambut berasal dari ...
Tanah gambut berasal dari akumulasi bahan organik, terutama sisa-sisa tumbuhan yang membusuk secara tidak sempurna. Akibatnya, sisa-sisa tumbuhan seperti daun, ranting, batang, dan akar menumpuk dari waktu ke waktu dan membentuk lapisan organik yang disebut gambut.

#EcoBloggerSquad #BersamaBergerakBerdaya Indonesia Merdeka dari Kebakaran Hutan dan Lahan

Reference: Eco Blogger Gathering Materi by Pantau Gambut
https://www.pantaugambut.id/
https://www.wetlands.org/
https://www.environment-indonesia.com/
Apakah blog ini bermanfaat? Berikan ulasan untuk perbaikan.
5.0 /5.0
Belum ada ulasan
  • 5
  • 4
  • 3
  • 2
  • 1